Kamis, 28 April 2011

Putus Nyambung Putus Nyambung Lagi..Cape Dech...

Howdy,...

Just want to sharring nie...

Aku dan pacarku udah hampir 4 tahun kita menjalin hubungan tapi putus nyambungnya juga ga dikit, lebih sering putusnya daripada nyambungnya hee, dan keputusan itu selalu dari aku. Kenapa seperti itu karena aku orangnya ga mau ribet, kalo emank udah ga cocok ya udah, lagian aku begini juga karena dia kan. Tapi karena aku sadar aku cinta dan sayang sama dia, akhirnya betapapun dia punya salah aku selalu maafin dia dan dia selalu janji ga akan ulangin lagi meski kenyataannya after kejadian itu dia tetep aj kaya githu......hal itu sering banget kejadian di hubungan aku sama dia.

Sampai dimana sekarang aku memutuskan untuk putus dan lagi-lagi itu juga karena keputusanku. dia merasa selama pacaran sama aku ga pernah punya kekuatan untuk bisa merubah keputusan aku, dia merasa gak pernah punya andil dalam hubungan kita, selalu aku yang memutuskan sesuatu. 

Kalian tahu, aku begini pasti juga ada sebabnya, ga mungkin aku akan berlaku seperti itu. Dia sadar betul betapa sabarnya aku, buktinya aku mampu buat dia merasa nyaman selama hampir 4 tahun ini...ya kan...

Tapi selalu dia berdalih bahwa dia merasa hanya dia yang mau mempertahankan hubungan kita, hanya dia. kenapa dia mau karena dia cinta dan sayang sama aku meski dia menyadari bahwa banyak sikap aku yang buat dia ga bisa terima tapi dia mencoba mengindahkan kekurangan dalam diriku, alih2 karena tidak lain tidak bukan karena dia sayang sama aku dan dia punya harapan yang besar dengan hubungan aku dan dia.  Pernikahan itulah ujung dari hubungan aku dan dia...

Aku juga menginginkan hal tersebut berakhir seperti itu, tapi apa boleh buat, aku akhir-akhir ini menyadari bahwa bukan dia jodohku, bukan dia imam yang baik untukku dan keluargaku kelak, bukan dia.....aku cinta dan sayang sama dia tapi aku ga merasakan nyaman ada disisinya....entah rasa seperti apa ini......

Aku hanya ingin dia tahu bahwa aku butuh dia tidak hanya sebatas teman dekat melainkan bisa menjadi contoh yang baik buat aku, bisa menjadi imam yang baik dan yang pasti tahu dan punya tujuan yang jelas tentang hidupnya. Tapi dia tak pernah sadar akan hal itu......

Entahlah, sampai detik ini dia merasa tidak terima dengan keputusan yang telah aku buat, dia masih mencoba sekuat tenaga untuk bisa pertahankan hubungan kita. Dia masih ingin mencoba dan mau berubah demi aku.....tapi entah kenapa hatiku terasa tertutup untuknya...

Sudah banyak kesempatan yang telah aku berikan untuknya, kita bukan manusia yang baik tapi setidaknya kita berusaha menjadi baik bagi pasangan kita jika kita telah benar-benar memutuskan untuk menjalin hubungan yang serius ke depannya, ayo kita berubah bersama-sama menjadi manusia yang jauh lebih baik. ITU YANG AKU MAU DARI DIRINYA...tapi entah sepertinya dia tak pernah menganggap itu serius, jadi buat apa aku pertahankan lama-lama hubungan ini.....waktu itu cepat sekali, jika kita tidak memaksimalkan dengan baik maka buat aku kita akan menjadi manusia yang sangat merugi...betul tidak...kita bukan manusia yang remaja lagi......sudah waktunya kita berfikir jauh lebih dewasa.......kita bisa karena kita mau kan....

Aku tahu aku sayang sama dia begitupun dia tapi aku juga lama-lama ga tahan juga ya sama sikap dia........mungkin memang aku ga baik buat dia mungkin aku baik untuk orang lain samahalnya dia mungkin dia bukan yang terbaik yang aku punya mungkin dia baik untuk orang lain.....cediiihhhhh banget dechh.......

Selasa, 26 April 2011

Stuck

Howdy,...
 
Pernah ga ya kalian merasa stuck sama 1 moment dimana moment tersebut buat lo jadi males kerja, jadi males ngapa-ngapain. Bisa jadi moment itu terjadi di ruang lingkup kerjaan lo, entah mungkin lingkungannya kurang bikin mood lo enak atau memang frekuensi lamanya kita bekerja pada perusahaan yang lo sekarang tempati or maybe ur bos is very2 ngejengkelin atau bahkan temen kerja yang kurang bisa bikin lo happy , bisa jadi kan......, kira-kira kalian pernah ngerasaain seperti itu ga ya. And menurut lo kalau hal tersebut dialamai sama kita, kira-kira kalo lo ada di posisi seperti itu, apa yang akan lo lakuin......





Senin, 25 April 2011

Aku harus berjuang hidup dengan rasa sakit ini.., Haruskah aku seperti ini


Hidup itu adalah pilihan, ya pilihan, terserah bagaimana kalian harus menyikapi pilihan tersebut, suka atau tidak, hidup adalah memang sebuah pilihan, bahkan kadang kita tidak diberi waktu untuk membuat sebuah pilihan tersebut…Ya..Inilah hidup…Hidup itu keras teman, butuh perjuangan dan tekad serta semangat yang kuat untuk kita bisa bertahan hidup.
Hilangnya Figur Seorang Ayah
Namun demikian, ketiadaan kasih sayang seorang ayah, terasa kurang lengkap bagiku. Hal itu aku rasakan sejak aku kecil dan mulai terasa ketika aku beranjak remaja. Walaupun aku tahu dia adalah ayahku tapi aku tak merasakan kehadiran dia ada di tengah-tengah keluargaku. Meski aku mengaguminya karena kepintarannya tetapi itu hanya semu semata. Seringnya dia keluar kota dengan alasan tugas kantor membuatku semakin yakin bahwa aku hanya menemukan sosok ibu dalam hidupku.  Ibuku hidup sendiri melatih dan merawat serta berusaha memenuhi segala kebutuhan anak-anaknya, termasuk diriku. Meski ayahku menafkahi kami, tapi bukan hanya itu yang kami butuhkan.. Semua itu hanya semu, yang dia pedulikan adalah kesenangannya dan hidupnya.
Ada banyak halangan dan rintangan dalam hidup kami. Bebanpun semakin bertambah, ketika aku mengetahui bahwa ibuku sering menyendiri dan menangis di kamarnya, aku tahu bahwa memang benar hidup yang kami jalani ini tidak normal seperti hidup teman-temanku, aku yakin pasti hidup kami bermasalah. Banyak sumber yang mengatakan bahwa mereka sering melihat ayahku jalan dengan perempuan lain, cemas pasti, berusaha ingin tahu iya, tapi aku tak cukup berani menanyakan ini pada ibuku bahkan ayahku. Aku hanya mampu memendamnya sebagai bagian dari rahasia hidupku. Aku tahu bahwa diamku adalah keputusan yang baik pada saat itu. Karena aku masih merasa belum cukup umur untuk ikut mencampuri masalah ini, dan pasti mereka menganggapku tak lebih dari seorang anak kecil yang tak tahu apa-apa.
Dengan tidak seringnya ayahku berada di rumah, hal ini membuat ibuku kewalahan. Kami berlima bersaudara menjadi pribadi yang berbeda-beda. Kakak pertamaku adalah pribadi yang over protect terhadap adik-adiknya, kami sadar apa yang dia lakukan adalah tak lebih karena dia sayang kepada kami, aku tahu dia menyimpan banyak rahasia yang terjadi dalam keluarga kami, dia adalah pelindung sejatiku disaat ayahku berdebat hebat dengan ibuku, saat ayahku kepergok menghubungi seorang perempuan dengan nada manja dan sembunyi-sembunyi oleh ibuku, disaat itupula kemarahan ayahku menjadi-jadi. Hanya persoalan kecil akan menjadi persoalan hebat baginya. Salah satu contohnya saat aku berusaha merebut mainan adikku dan akhirnya membuat adikku menangis, dan disaat itupula ayahku memukuli aku dengan sebatang kayu, amarahnya tak menyadarkannya bahwa kami hanya sebatas anak kecil, dan apa yang kami lakukan adalah tak lebih adalah kenakalan seorang anak kecil. Dia tak sadar bahwa sikapnya hampir membuatku  tak sadarkan diri. Aku tak mempedulikan memar yang ada di badanku, yang ada dalam pikiranku adalah bahwa aku sadar mulai detik itu aku sangat membencinya, membenci keberadaannya dan membenci bahwa kenyataannya aku adalah anaknya. Saat itu hanya kakakku yang aku andalkan karena saat itu hanya dia yang berani membelaku dan menyadarkan ayahku serta memberi peringatan kepada ayahku, jika sekali lagi dia menyentuhku dengan cara seperti itu, dia akan beradapan dengan kakakku. Tuhan aku sangat menyayangi kakakku, semoga dia Diterima disisi-Mu Ya allah, dia meninggalkan kami disaat dia berumur 26 tahun, sekali lagi aku sangat menyayanginya. 

Kakak keduaku adalah laki-laki, cuek dan selalu melihat bahwa masa lalu adalah penentu keberadaannya di masa sekarang bahkan mungkin di masa kedepannya, penuh dendam dan kebencian, dan itu berlaku hingga kini. Seringnya dia pulang dalam keadaan mabuk dan seringnya dia beradu mulut dengan ayahku. Entah karena ayahku menyimpan kebohongan dalam keluarga jadi tak sedikitpun dia berani mengajarkan kakakku untuk hidup menghormati dan berlaku santun. Segala kebutuhan kakakku dipenuhi, contohnya saat kakakku meminta sebuah mobil kepada ayahku walaupun dia masih SMU, tapi tetap saja kakak keduaku adalah anak kesayangan ayahku, segala apapun yang dia inginkan dia penuhi meski dia sadar dampak yang dia timbulkan kepada kakakku itu adalah awal dari pembentukkan dirinya.  Kakak ketigaku adalah perempuan, supel dan tidak kalah bawelnya dengan kakak pertamaku, mempunyai semangat tinggi, sangat rapuh. Yang ke-4 tentu saja aku, kalian sajalah yang menilai bagaimana aku sebenarnya, yang terakhir tentunya adikku yang paling aku sayang meski aku tidak pernah mengungkapkan perasaan sayangku kepadanya, hmm.. buat aku dia adalah saudaraku yang paling “NYELENEH”, dia adalah adik laki-lakiku, berusaha mandiri di daerah orang dan mempunyai obsesi yang cukup tinggi, berusaha untuk mandiri, sikap dan pemikirannya melebihi umurnya, dia adalah laki-laki berumur 20 tahun dan sekarang dia mampu bekerja di perusahaan rumah makan ternama baik di negeri sendiri maupun di Dunia. Good job adikku…..
Janji hanya sebuah janji……
Jika ku mengingat kembali, Ayah dan ibuku pernah bercerita, semasa pacaran mereka berjanji akan setia selamanya sampai mati. Biarpun hidup dalam gubuk bambu dan makan seadanya, mereka bahagia yang penting bisa bersama. Ibuku adalah kembang sekolah, karena dia terkenal dengan kecantikannya, siapapun takut untuk bisa dekat dengannya, banyak yang merasa tidak percaya diri. Karena bagi mereka ibuku selain cantik dia juga merupakan sosok perempuan yang sederhana dan santun, kata teman-teman Ibuku, saat aku mengantarkan ibu datang ke acara reuni SMU nya.  Sedangkan ayahku adalah anak dari seorang petinggi kepolisian, terbiasa dengan hidup yang wah, anak laki-laki satu-satunya dari 5 bersaudara dan merupakan anak kesayangan eyangku, hal ini membuat hidupnya berada di atas angin, semua bisa dia dapatkan dengan mudah. Selain pintar, dan bertampang lumayan, ayahku sosok yang romantis, apapun dia lakukan untuk dapat mengikat hati lain jenisnya. Tidak cukup susah baginya untuk mendapatkan seorang perempuan untuk dijadikan teman dekatnya. Tak terkecuali ibuku, dia akhirnya menjatuhkan pilihan kepada ayahku, meski melalui proses yang cukup panjang, ternyata ayahku mampu meyakinkan ibuku akan cintanya. Indahnya impian yang mereka ingin gapai, meskipun mereka berbeda agama tapi mereka sadar bahwa cinta mampu membuat mereka bersatu dan akhirnya keluarga kedua belah pihak mendukung keputusan ayah dan ibuku. Ibuku ternyata menantu yang sangat disayang oleh eyangku, selain cantik ibuku mampu memperlakukan eyangku layaknya orang tuanya sendiri, dan ini membuat tante-tanteku merasa keberadaan ibuku adalah masalah bagi mereka. Ibuku menghadapi masalah yang datang dengan perasaan dan hati yang ikhlas karena dia tahu apa yang dia lakukan itu adalah benar. Tak pernah sedikitpun dia mengadu kepada orangtuanya, baik sedih maupun pahitnya hidup yang dia jalani bersama ayahku, tak pernah sedikitpun dia mengeluh kepada ayah dan ibunya bahkan saudara-saudaranya. Yang mereka tahu adalah bahwa ibuku sekarang hidup dengan bahagia.
Masalah itu semakin lebar semenjak eyang dari ayahku meninggal dunia akibat kecelakaan. Masalah demi masalah muncul. Keluarga ayahku berbeda dengan keluarga ibuku, jika keluarga besar ibuku terbiasa hidup dengan kesederhanaan, lain lagi dengan keluarga ayahku yang terbiasa hidup berkecukupan bahkan berlebih, yang akhirnya membuat mereka menjadi pribadi yang ketergantungan, manja dan tidak mandiri. Belum lama eyangku meninggal, mereka sudah sibuk memperebutkan warisan. Mereka hidup bergantung kepada warisan dari eyangku. Mereka menuduh ayahku mendapatkan jatah warisan lebih besar dari tante-tanteku. Segala macam tuduhan juga tak luput mereka peruntukkan bagi ibuku, mereka beranggapan bahwa ibuku mempunyai banyak perhiasan yang dimiliki oleh eyang putriku dan itu terjadi hingga saat ini. Sungguh aku tak membenarkan juga tak menyalahkan peristiwa itu, karena aku tak menyaksikannya secara langsung. Aku hanya sadar dan yakin bahwa ibuku tidak seperti apa yang mereka tuduhkan tersebut, aku mengenal ibuku lebih dari apa yang mereka tahu, mungkin hanya kakak pertamaku yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, dialah penyimpan rahasia terbesar antara ayah ibuku dan hidup mereka, dialah juga gadis berumur 6 tahun yang mengajarkan dan membuat ibuku sebagai seorang muallaf.
Semenjak kematian eyangku, kehidupan kami tidak semulus apa yang kami inginkan, naik turunnya hidup, sudah pernah ayah dan ibuku lalui. Hidup kami nomaden, tidak pernah tinggal disuatu tempat dalam kurun waktu yang lama. Hidup sederhana bahkan jauh dari sederhana pun kerap mengikuti hidup ayah dan ibuku. Saat itu ibuku tak pernah berharap terlalu tinggi, untuk bisa makan pun sudah Alhamdulillah. Hidup menyendiri dari keramaian Ibukota pun kerap dia jalani. Kata ibuku, dia pernah tinggal di pesisir pantai hanya ada keluargaku saja yang tinggal disana, tanpa lampu, tanpa listrik, bahkan tanpa ada keramaian, hanya keluarga kami dan hidup kami. Hidup mengandalkan alam saja. Meski hidup seperti ini, tak pernah sedikitpun dia mengeluh dan berpikir untuk kembali ke orang tuanya atau meminta bantuan saudara-saudaranya. Dia tetap tegar dan yakin bahwa ayahku adalah ayah yang mampu bertahan dan bangkit dari ketepurukan. Dia rela dan dengan ikhlas mendampingi ayahku baik suka maupun duka, itulah janji mereka kala mereka memutuskan untuk mengarungi hidup bersama, meraih mimpi dan harapan. Membangun keluarga yang menjadi harapan masa depan mereka kelak….itulah janji mereka dulu. Dia tak pernah menyesali apa yang sudah terjadi, baginya hidup adalah sebuah pilihan, dulu dia memilih ayahku untuk bisa menjadi imam baginya dan memutuskan mengikuti agama ayahku meski itu datang bukan dari keinginan ayahku, mungkin itulah wujud dari “Hidayah” itu. Itulah sosok ibuku, idola bagiku dan saudaraku…….meski sebenarnya bagiku, dia patut mendapatkan hidup yang jauh lebih baik dari ini, tapi inilah hidup teman, hidup adalah sebuah pilihan.
Singkat kata, apapun cobaan dan seberapa pun cobaan itu hadir, keluarga kami mampu melaluinya meski terseok-seok, semua itu mampu kita hadapi bersama. Dan ayahku ,meski sudah banyak contoh ujian dalam hidupnya, tetap dia tak pernah sadar bahwa dia selalu jatuh di lubang yang sama, “ karena perempuan, perempuan dan perempuan.” Menurut kabar yang berhembus hingga sekarang ini, bahwa ayahku masih mempunyai istri lebih dari 1. Bahkan 3 tahun lalu ,aku sempat dikenalkan dengan adik tiriku oleh kakak keduaku, yang kebetulan dia tinggal di pulau seberang………
30 Tahun bersama…….
Ibuku sudah mendampingi ayahku selama 30 tahun usia pernikahan mereka, hingga saat dimana ibuku memergoki ayahku bersemayam di rumah seorang perempuan yang ternyata diketahui bahwa usianya tidak lebih muda dari ibuku, apa yang ayahku cari, tentu dia bisa mendapatkan lebih muda dan lebih cantik jika dia mau, tapi apa alasan ayahku sampai hati berselingkuh, apa karena faktor kekayaan. Jika memang iya, pantaslah ibuku ditinggalkan, untuk bertahan hiduppun dia mengandalkan ayahku, dan semua itu ikhlas dia lakukan selama 30 tahun bersama. 
Aku masih ingat dengan jelas disaat aku beranjak remaja, tak pernah aku sadari betapa pintarnya dia menutupi ini semua. Ayahku selalu mengancam kami untuk selalu standby di rumah setelah kami pulang sekolah, agar dia bisa dengan bebas keluar rumah. Maaf aku ralat mungkin lebih tepatnya “istana gubuk”, aku dan ibuku sering menyebutnya seperti itu. Sungguh dia tak pernah memikirkan ibuku .Bagaimana aku harus menjelaskan tempat singgah yang kami tempati ini yang jelas bukan berbentuk rumah, kami tidur di ranjang bersama-sama, ayah dan ibuku serta adikku. Di atas kami hanya ada terpal, jadi jika hujan turun, aku dan adikku bergantian untuk membuang air yang menampung pada terpal kami, jika tidak segera kami lakukan maka akan jatuh dan membasahi tempat tidur kami. Alhasil jika itu terjadi kami terpaksa harus tidur di luar. Semua kegiatan yang dilakukan ayah dan ibuku juga di ranjang yang sama, disaat kami sudah berpura-pura terlelap. Setiap kami beranjak tidur, kami selalu merasakan tulang kami nyeri karena kuatnya angin yang masuk pada tempat tidur kami. Tempat tidurku menyatu dengan Rumah Makan atau tepatnya “Café” yang dibuat oleh ayahku, yang terbuat dari kumpulan bambu-bambu. Mungkin orang beranggapan bahwa keluargaku adalah keluarga yang mampu tapi ternyata mereka tak pernah tahu  bahwa apa yang mereka bayangkan itu adalah salah besar. Kenyataannya tidak seperti itu.
Sepulang sekolah hingga larut malam aku bersama adikku membantu ibuku mengurus café yang ayahku bangun, kami terbiasa melakukannya tanpa ayahku. Ayahku lebih banyak sibuk dengan urusannya sendiri. Hanya ada waktu sekitar 2 jam kami tidur, karena kebetulan “rumah“ kami sangat jauh dari sekolah yang kami tempati. Jam 4 pagi aku dan adikku sudah bersiap–siap berangkat ke sekolah, dengan mata masih ngantuk, kami rela melakukan ini. Sungguh sangat lelah tapi mau tidak mau harus kami jalani ,kami memang harus berangkat pagi-pagi karena kalau tidak, tak ada satupun angkutan umum yang mau mengangkut anak sekolahan seperti kami. Ya Allah untuk meneruskan cerita ini pun dan mengingatnya kembali aku tak sanggup, peristiwa saat itu membuat dadaku terasa sesak. Banyak peristiwa yang tak mungkin aku ceritakan kepadamu teman, ini bukan cerita bahagia, tapi ini sungguh membuatku tak mampu meneteskan air mata. Dadaku terasa sesak jika aku mulai mengingatnya kembali. Aku tak ingin menceritakan sesuatu hal yang sedih kepadamu teman. Tapi inilah salah satu yang membuatku trauma dalam menjalani hidup, meski sedikit demi sedikit aku berusaha untuk dapat bangkit, tapi tak bisa kupungkiri, peristiwa itu telah menjadi bagian dalam hidupku.  Aku tak ingin masa itu kembali, aku tak ingin anak-anakku kelak merasakan apa yang aku rasakan, aku ingin mereka bahagia, karena aku yakin aku bisa.

Aku tahu kami adalah salah satu yang berbeda itu…
Aku yakin setiap manusia memiliki lembar kehidupan kelam dalam sejarah hidupnya. Dan begitu juga aku. Dipicu oleh kekecewaan terhadap perceraian orang tua, aku terjatuh dalam kubangan derita. Meski saat ini aku mulai belajar berlaku secara normal, tapi masa`lalu yang suram itu ternyata sulit dilupakan dan menjadi beban dalam setiap nafas hidupku. Hal ini aku rasakan saat aku mulai beranjak dewasa, aku merasa kesepian, dan aku juga merasa butuh seseorang yang mampu melindungiku, membuatku nyaman, membuatku merasa tidak sendiri, tidak hanya butuh teman dalam hidup tapi aku butuh teman hidup yang mampu menolongku untuk dapat menemukan figure seorang ayah, kakak laki-laki, sahabat dan teman untukku. Aku merasa sendiri. Aku merasa sangat trauma akan segala proses hidup yang telah aku lalui, meski aku mencoba tegar tapi sedikit banyak masalah perceraian keluargaku sangat mempengaruhi pribadiku.


And Now…..
Setelah sekian lama perceraian ayah dan ibuku, kami terbiasa hidup mandiri. Meski benci ini sangat besar tapi aku berusaha untuk memaafkannya. Tidak harus aku yang menilai kesalahannya tapi biarkan Tuhan yang menghukumnya untukku dan keluargaku. Karena aku tahu semenjak dia divonis dokter mengidap penyakit diabetes dan jantung, kehidupannya berangsur–angsur mengalami perubahan, dia mulai menunjukkan sikap perhatian kepada anak-anaknya. Dia ingin berubah menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya. Tapi aku rasa itu sedikit terlambat karena rasa ini sudah membentuk pribadi kami masing-masing, kami anak-anaknya saat perceraian itu terjadi, berjuang keras untuk bisa mengatasi rasa sakit ini dengan cara kami masing-masing, tapi biarlah waktu yang bisa menjawab ini semua, aku tak pernah tahu harus berbuat apa aku dengan adanya perubahan ayahku ini. Yang bisa aku lakukan hanyalah berusaha untuk membuang dendam yang ada pada diriku dan bisa berusaha menerima kenyataan bahwa aku tetaplah bagian dari hidupnya.
Saat ini, saat dia sedang diuji kembali oleh Allah SWT, dia selalu meminta pertolonganku, karena dia tahu dibanding yang lain, penghasilanku jauh lebih baik. Sebisa aku bisa bantu , aku akan berusaha untuk memberikan bantuan, meski kadang sedikit merepotkan aku, entahlah….., aku tak pernah tahu, apakah dia benar-benar berubah…….
Yang lebih aku fokuskan sekarang adalah, aku harus bisa mengatasi masalah yang ada pada diriku sendiri, trauma itu membuatku selalu mencari sebuah ketenangan dan kenyamanan. Entah seperti apa wujud dari ketenangan dan kenyaman itu, hingga kini aku masih berjuang keras mencari arti dari itu semuanya. Ya Allah Lindungi aku selalu dengan caramu….Menangis dan sesak membayangkan betapa jauh langkah yang telah kami ambil, pecah dan terpencar, berserakan, tanpa harapan. Aku ingin seperti dulu, saat aku menyadarinya bahwa itu salah.    
“Disini aku menggenggam asaku, untuk menggapai bianglala tertinggi, mungkin tanganku tidak cukup panjang untuk menggapainya tapi kakiku mungkin cukup kuat untuk melalui, meniti tiap besi hingga ke bagian teratas….selamat pagi, sore dan malam untuk duniaku…!! Aku yakin tidak ada kata terlambat, semua itu bisa jika kita mau……. 
Aku yakin Tuhan masih bersamaku….”Bismillah……
Nama      : D
Umur     : 26 tahun
Lokasi    : Jakarta Selatan
Motivasi : Dendam Tak akan menyelesaikan sesuatu.....